Senin, 17 November 2008

MENGHINDARI DOSEN YANG PELIT NILAI : HARUSKAH ?

UTS baru saja berakhir. Beberapa nilai mata kuliah sudah keluar dan ditempel di papan pengumuman. Sudah bisa ditebak reaksi dari teman-temanku. Ada yang senang bukan kepalang karena nilai Pengantar Akutansi-nya memuaskan, ada yang tersenyum puas melihat nilai Pengantar Bisnis yang berkepala 8 dan 9. Tapi sesuatu menarik perhatianku dalam sekejap. Si Irfan, berteriak histeris melihat lembar nilai mata kuliahnya. Kaget, kulihat mata kuliah apa itu. Ternyata nilai Pengantar Ekonomi…Ups,hampir saja Aku lupa. Pengantar Ekonomi. Yap, itu ‘basisnya’ anak Ilmu Ekonomi (IE). Segera kutelusuri nilai-nilai itu. Akhirnya kutemukan di lembar paling kiri, daftar nilai mahasiswa kelasnya Prof.A.Djanin, nilainya 75. Wah, ada apa ini ? Masa anak IE cuma dapat 75 ? Untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi ? Parah…padahal masih PE1…Rasanya tidak mungkin…Padahal Aku yakin semua dengan pekerjaan UTS-ku…So, what’s wrong…? Kuteliti nama-nama dibawahku…79…74…73…dan…62!!! Gilaaa…hampir semua anak-anak dikelasku dapat nilai 60 sampai 70-an. Ada beberapa yang dapat 80-an (bisa dihitung dengan jari). What’s going on here ? Mataku beranjak ke lembar sebelahnya…Di kelas Ibu Widiastri, hampir semua mendapat nilai 80 untuk mata kuliah yang sama. Bahkan ada yang 96!!! Gileeee….

Yah, begitulah realitas yang terjadi di FEUI. Tidak hanya di sini, tapi Aku yakin di fakultas dan kampus lain juga ada hal yang sama. Satu mitos dan mungkin juga kenyataan bagi mahasiswa pada umumnya : Dosen kami pelit nilai. Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru. Tapi menurutku, ada baiknya sedikit memberikan komentar. Sudah lama kudengar bahwa ada beberapa dosen di FEUI (untuk mata kuliah tertentu) sangat “pelit” dan “subjektif” dalam menilai mahasiswanya. Kata AsDos (asisten dosen) StatEk-ku, “Keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh ketekunan. Sebab, ada faktor-faktor penentu, faktor X, di luar kemampuan kalian, salah satunya, siapa dosennya. Beda dosen, beda objektivitas, beda cara menilainya. Probabilitasnya memang kecil, tapi faktor X itu sangat mempengaruhi hasil akhir.” (sedikit menyinggung probabilita, entah Teori Bayes bisa menjelaskan kemungkinan-kemungkinan ini).

Sedikit menyinggung Pak Djanin (tanpa maksud membunuh karakter beliau), beliau memang dikenal sebagai dosen yang paling “parah” kasih nilai. Data dan pengakuan dari anak-anak angkatan 2007 lalu, Pak Djanin dikenal sebagai dosen LITBANG (sulit berkembang) karena mereka merasa tidak puas dengan nilai-nilai mereka. Padahal, mereka mengaku sudah belajar setengah mati-jungkir balik-banting buku (lebay,ah..). Namun, tetap saja tidak mendapatkan nilai yang memuaskan. Saking kesalnya, mereka membuat blog khusus yang membahas suka duka (banyak dukanya…) selama diajarin Pak Djanin. Hal ini juga diakui oleh kakak-kakak AsDos yang pernah masuk di kelas beliau. Statistik 2007 telah menunjukkan bahwa tingkat kelulusan berkisar 18,75%. Itu artinya, hanya 9 dari 48 orang yang lulus mata kuliah PE1 di kelas beliau. Ironis sekali….

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara Prof.Djanin mengajar. Aku ingat, setiap kali ia masuk, selalu ontime, disiplin (walaupun tidak begitu strict), dengan pakaian gamis panjang-kinclong-serba rapi (kayak dosen FK). Beliau selalu menekankan mahasiswanya untuk aktif belajar, peka terhadap situasi dan kondisi ekonomi sehari-hari. Sedikit memotivasi dengan cerita-cerita nostal”gila” beliau ketika kuliah di Amrik.
Hanya saja ada yang aneh pada rule beliau. Dia selalu meminta kepada kami untuk bertanya di setiap akhir sesi tentang apa yang mungkin kurang jelas mengenai bahan yang baru saja ia terangkan. Namun, lucunya setiap kali ada teman yang bertanya, beliau selalu berkata sinis. “Kenapa Anda bertanya seperti itu ? Itu artinya Anda tidak mengerti.” Setelah itu, dia akan mengakhiri kuliah tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi. Menurutku, tidak ada yang salah dengan pertanyaan temanku. Bukan soal mengerti atau tidak, memang ada sedikit perbedaan penjelasan mengenai pergeseran grafik optimisasi yang di textbook dengan yang beliau terangkan. Tentu saja temanku tadi bertanya mengapa berbeda seperti itu (sejak itu, tidak ada lagi teman-temanku yang mau bertanya setelah sesi kuliah)

Berkaca dari kenyataan ini, benarkah dosen seperti Pak Djanin harus dihindari ? Apakah alasan “nilai bagus” dan “pelit nilai” menjadi acuan kita dalam memilih dosen ? Kalau memang iya, pantaslah setiap kali Reg-OL, semua mahasiswa berebut memilih kelas yang dosennya “royal nilai”. Tapi, kalu kita mau berfilsafat lebih dalam lagi, bukankah kita, sebagai mahasiswa, seharusnya mempertimbangkan untuk menguasai konsep daripada berburu nilai A-, A, A+ ? Mungkin bagi mereka yang di Akuntansi dan Manajemen tidak terlalu memikirkan hal ini. Tapi, tidak bagi mereka yang di Ilmu Ekonomi. Konsep merupakan syarat mutlak, Bro!!! Jadi wajar PE1 adalah starting point anak IE dalam tugas-tugasnya menganalisis masalah ekonomi. Nah, bagaimana mungkin bisa menganalisis kalau konsep tidak mengerti ?

Menurutku sih, memilih dosen itu enggak perlu-perlu amat. Yang terpenting adalah apakah dosen tersebut memiliki objektivitas tinggi dalam memberi nilai pada mahasiswanya. Seberapa objektif penilaian itu sesuai dengan performance mahasiswa itu sendiri di kelas serta gambaran intelektualitasnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sehingga mahasiswa tidak merasa usaha kerasnya tidak sia-sia. Intinya, nilai yang diberikan benar-benar sebagai apresiasi yang layak bagi mahasiswa itu sendiri.

Walaupun demikian, Aku merekomendasikan untuk tidak memilih dosen-dosen yang berkarakter seperti Pak Djanin tadi. Sebab, (mungkin bagi sebagian besar MaBa) itu akan menjatuhkan mental dan semangat belajar.

Aku teringat dengan kata-kata Kak Putri, AsDos StatEk, “Dosen PE1 ada 16 orang. Hanya 1 diantaranya yang “parah”. Berarti, kalian punya 0,0625 untuk mendapatkan kelas Prof.Djanin. Pastikan kalian jangan sampai sial dengan nilai probabilita sekecil itu. Rasanya Aku hanya bisa menghela nafas dan sedikit tertawa geli dalam hati merenungkan nasib mereka yang “naas” di kelas Prof.Djanin….

Tidak ada komentar: